Thursday, December 18, 2008

Tahun 2009 merupakan langkah awal bagi Dewan Pengurus XVIII BHARAWANA untuk menentukan langkah ke depan untuk kelangsungan perputaran roda organisasi. Tahun ini juga merupakan penyerahan tongkat estafet kepemimpinan yang diharapkan memberi nuansa baru dan inovasi-inovasi baru bagi BHARAWANA untuk menjaga eksistensinya sebagai organisasi Penjelajah Rimba dan Pendaki Gunung.

Haparan Baru berada di pundak para penerus pimpinan BHARAWANA. Cukup banyak Pe eR yang harus diselesaikan oleh Dewan Pengurus XVIII BHARAWANA, terutama masalah keorganisasian dan keanggotaan. Pengurus baru diharapkan bisa memecahkan masalah krisis anggota yang sekarang ini dialami oleh BHARAWANA.

Sunday, November 23, 2008

Sekilas Info





18 TAHUN BHARAWANA

Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 20 Oktober 2008, BHARAWANA genap berusia 18 tahun. Pada usianya sekarang ini, masih banyak yang harus dibenahi dari sisi internal organisasi, terutama masalah peningkatan Kualitas dan Kuantitas. Peninkatan kuantitas adalah permasalahan utama beberapa waktu belakangan ini, bahkan bisa menjadi ancaman untuk kelangsungan perputaran roda organisasi.

Syukuran yang diadakan tanggal 25-26 Oktober 2008 di Bantar Caringin S. Citarum, Saguling, dianggap moment yang tepat untuk dijadikan ajang refleksi dalam rangka mencari solusi atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi saat ini. Acara syukuran yang dihadiri oleh hampir seluruh angkatan, mulai dari angkatan Pioneer (BW 01) sampai dengan angkatan paling “bontot” TAPAK RIMBA (BW 18), benar-benar menjadi forum evaluasi dengan tujuan untuk mencari akar permasalahan untuk mencari solusi terbaik.

Dari Unek-unek seluruh anggota yang hadir pada malam itu diperoleh dua solusi yaitu : Perubahan signifikan dalam hal pembinaan “Esprit de Corps” dan Perubahan total pola serta tatacara penerimaan calon anggota tanpa menyimpang dari AD/ART dan aturan Organisasi lainnya yang ada di BHARAWANA.

Acara ngobrol-ngobrol yang berakhir pada jam dua subuh ini, dirasakan memang melelahkan, tapi semua itu demi kemajuan BHARAWANA semata. Semoga Dewan Pengurus BHARAWANA bisa menjalankan hasil obrolan malam itu dengan mengoptimalkan segala potensia yang ada di BHARAWANA….VIVA BHARAWANA…!!!!! (BW01020P)

Ekspedisi Pembuatan Jalur Panjat Tebing Telunjuk (Selero) Sumatera Selatan


Tebing Telunjuk (Selero) terletak di desa Ulak Pandan Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Desa yang penduduknya berjumlah 2.038 jiwa, terlihat masih kental dengan adat istiadat mereka. Hal ini terlihat jelas dari struktur bangunan rumah adat yang mereka gunakan untuk tempat tinggal.

Penduduk desa yang sehari-harinya mayoritas bekerja sebagai petani (Kopi, Padi dan Karet) tersebut, hidup dalam lingkungan yang asri, Pohon Kopi,
Karet dan Durian adalah tanaman khas di derah tersebut, dan Gajah, Rusa serta Kijang sebagai Fauna yang paling dominan.

RECRUITMENT…NO PRESSING

Bummm…”, suara letusan memecah kesunyian malam rimba belantara, tempat berlangsungnya Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR) BHARAWANA. Dilanjutkan dengan teriakan lantang dari Bidang Tata Tertib dan Team Doktrin “Sissswaaaaaaa……!!!!!”, sayup-sayup terdengar balasan dari para siswa di tengah pergulatan mereka melawan rasa ngantuk, lelah dan dingin “sssiiaaappp BBHAAARRAAWAANAAA..!!”

Packing

Kolom Diktat adalah kolom materi dasar tentang Teknik Hidup Alam Bebas yang perlu kita ketahui saat memasukki dunia petualangan yang berdasarkan pada asas keamanan dan kenyamanan, Dalam Edisi Perdana kali ini, Redaksi akan memberkan materi dasar tentang PACKING / Pengepakan. Materi dasar yang kadang dianggap sepele oleh kita.

Saat melakukan petualangan/perjalanan, barang-barang bawaan yang kita perlukan, kita kemas dan dimasukkan ke dalam Ransel atau ada yang menyebutnya dengan nama rucksack, atau juga backpacking. Kita kadang asal memasukkan barang-barang bawaan kita, tanpa memperhitungkan kenyamanan saat rucksack kita kenakan. Alhasil, banyak kasus yang mengakibatkan pendaki merasa pusing, sesak nafas dank ram pada otot punggung, yang sumbernya ternyata dari cara pengepakan barang yang asal-asalan.

Secara garis besar, cara pengepakan adalah sebagai berikut :

  1. Gunakan matras tidur (sleeping mat) sebagai batas antara barang bawaan dengan ransel anda
  2. Masukkan Plastik Bullsack agar barang bawaan tidak basah jika terkena air.
  3. Bungkus barang bawaan terutama pakaian, Peralatan tidur, alat tulis dan makanan dengan kantong plastik lagi.
  4. masukkan ke dalam ransel dengan urutan barang paling bawah adalah yang paling ringan (misalnya sleeping bag) dan bukan barang yang sewaktu-waktu diperlukan saat berjalan nanti. (senter, alat tulis, alat navigasi dll)
  5. Letakkan barang-barang yang sewaktu-waktu diperlukan saat mulai berjalan (senter, alat navigasi, rain coat dll) pada bagian paling atas atau di dalam kantung pada kepala ransel.
  6. Sesuaikan ukuran padding (tali ransel) bahu, dengan ukuran tubuh anda. Buat senyaman mungkin agar tidak mengganggu pergerakan.
  7. Sesuaikan ukuran padding pinggang, agar posisi ransel kokoh saat kita membawanya.

Barang bawaan dengan bobot lebih berat baiknya diletakkan di bagian atas, sehingga beban tidak langsung ke bawah melainkan terbagi ke belakang.

Hal yang paling penting adalah penyesuaian padding. Banyak kasus seorang pendaki yang mengalami salah urat karena apenyetelan padding tidak disesuaikan dengan bentuk tubuhnya, sehingga saat ransel di bawa di bahunya, tali pada padding justru menjepit urat bahunya.
Ada gejala yang dapat dilihat, jika tali ransel yang terlalu kencang sehingga menjepit bahu dan dada kita, misalnya :

  1. urat pada bagian lengan akan keluar (seperti akar pohon)
  2. Lengan akan memerah yang lama kelamaan akan lebam
  3. Bagian lengan terasa panas dan kesemutan
  4. Pundak dan leher terasa pegal dan ada otot yang terasa tegang

Jika gejala ini kita rasakan, baiknya istirahatlah beberapa waktu dengan menurunkan ransel dan membiarkan darah kembali mengalir dengan normal ke lengan. agar kondisi badan kita kembali prima, dan bisa menikmati petualangan yang kita lakukan…SELAMAT BERPETUALANG (BW01020P)

Mencumbui Puncak Agung, Rinjani, Tambora Dengan Sepeda (bag-1)

Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi Yuyus ‘PURBA’ (BW 11077 BS)“Seni dan petualangan tidak ada batasnya” yang mendasari aku untuk melakukan ekspedisi sepeda seorang diri……..
Berawal ketika aku mulai bekerja di Bali sebagai arsitek pada pertengahan Agustus 2005 hingga aku terjebak dengan hobi sepeda gunung setelah sekitar dua bulanan sejak aku tinggal di sana. Padahal sejak aku masih kuliah dan aktif dikegiatan alam terbuka bersama rekan-rekan BHARAWANA Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi, terus terang aku kurang tertarik dengan benda yang satu ini.
Terinspirasi oleh kisah-kisah petualangan sepeda terdahulu, hingga waktupun terus berlalu dan memasuki bulan Mei 2006 selintas aku terpikirkan untuk melakukan ekspedisi sepeda seorang diri. Namun, waktu itu aku sendiri masih belum tahu pasti, mau ekspedisi kemana ?. Karena kesibukan pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan di luar dalam waktu lama, rencana perjalanan sepeda sendirianpun hanya sebatas angan-angan belaka dan akupun pesimis untuk merealisasikannya. Setelah dua bulan berselang, akhirnya, memasuki bulan Juli 2006 akupun membuat rencana untuk melakukan ekspedisi pada bulan Agustus sekaligus mengambil momen Hari Kemerdekaan RI yang ke-61 dengan tujuan bersepeda ke puncak gunung Agung (3142 Mdpl), gunung Rinjani (3726 Mdpl) dan gunung Tambora (2851 Mdpl). Persiapan dan latihan fisik pun aku mulai fokuskan kurang lebih sebulan sebelum pelaksanaan ekspedisi. Dengan bermodalkan tekad yang kuat dan dana terbatas akhirnya pada tanggal 7 Agustus 2006 aku mengambil cuti kerja dan memulai petualangan sepeda ini seorang diri.